IoT (Internet of Things) Smart Homes dan Smart Cities
IoT (Internet of Things) Smart Homes dan Smart Cities
Nama : Giofani Andwila Riskita
NPM : 23116054
Kelas : 4KB06
Mata Kuliah : Internet of Things
Dosen : Kunto Bayu A, ST., MMSI.
Ide awal Internet of Things pertama kali dimunculkan oleh Kevin Ashton pada tahun 1999 dimana benda-benda di sekitar kita dapat berkomunikasi antara satu sama lain melalui sebuah jaringan seperti internet. Berawal dari Auto-ID Center, teknologi yang berbasis pada Radio Frequency Identification (RFID). RFID merupakan identifikasi kode produk elektronik yang bersifat unik ini kemudian berkembang menjadi teknologi bahwa pada setiap benda dapat memiliki alamat Internet Protocol (IP). Suatu perangkat keras yang tertanam di berbagai macam benda nyata sehingga benda tersebut dapat tersambung dengan internet. Mari kita bayangkan ketika semua benda, bahkan manusia, hewan dan tumbuhan dilengkapi dengan alat pengidentifikasi, maka mereka bisa dikelola secara efisien dengan bantuan komputer. Pengidentifikasian tersebut dapat dilakukan dengan beberapa teknologi seperti kode batang (Barcode), Kode QR (QR Code), dan Identifikasi Frekuensi Radio (RFID). Benda-benda yang kita tanamkan sensor tersebut akan dibuat selalu aktif terhubung secara luas dengan alamat Internet Protocol (IP) tertentu.
Dengan semakin berkembangnya infrastruktur internet, maka kita menuju babak berikutnya, di mana bukan hanya smartphone atau komputer saja yang dapat terkoneksi dengan internet. Namun berbagai macam benda nyata akan terkoneksi dengan internet. Sebagai contohnya dapat berupa : mesin produksi, mobil, peralatan elektronik, peralatan yang dapat dikenakan manusia, dan termasuk benda nyata apa saja yang semuanya tersambung ke jaringan lokal dan global menggunakan sensor dan atau aktuator yang tertanam.
Banyak yang memprediksi bahwa Internet of Things adalah “the next big thing” di dunia teknologi informasi. Hal ini karena Internet of Things menawarkan banyak potensi yang bisa digali. Contoh sederhana implementasi dari Internet of Things misalnya kulkas (smart refrigerator) yang dapat memberitahukan kepada pemiliknya via SMS atau email tentang makanan dan minuman apa saja yang sudah habis dan harus distok lagi. Pengembangan teknologi Internet of Things tersebut mencakup berbagai bidang. Consumer appliances (peralatan konsumen) seperti Smart Air Conditioner, Smart TV, Smart Refrigerator, wearable product (produk yang dikenakan manusia) seperti Google Glass, Google Nest, Nike Fit, dan Samsung Smart Watch. Homekit (peralatan rumah tangga) iHome, Incipio, GridConnect, dan iDevices.
Implementasi IoT pada Smart Home - Gema Internet of Things (IoT) makin ke sini makin santer terdengar. Banyak yang telah menanti gebrakan-gebrakan kecanggihan seperti apa lagi yang akan bermunculan untuk meramaikan wajah dunia sekarang ini.Salah satu wujud konkret penerapan IoT sejauh ini adalah smart home (rumah pintar). Memang rumah seperti apa sih yang bisa dikategorikan smart? Kemudahan-kemudahan apa yang bisa didapatkan dari adanya smart home? Seiring dengan teknologi yang terus berkembang dan kecanggihan IoT pada tataran smart home pun terus naik kelas, maka kondisi minimal dari suau rumah agar bisa disebut sebagai smart home paling tidak memiliki satu di antara lima smart device berikut ini.
- Smart door lock
Siapa bilang mengunci pintu harus selalu menggunakan kunci. Kecanggihan IoT telah membuktikannya dengan pengimplementasian smart door lock. Mulai dengan memasang smart door lock sebagai salah satu metode pengamanan rumah yang cerdas, rumah Anda siap untuk dikembangkan secara cerdas. Selain lebih simpel karena hanya perlu memasukkan password atau men-tap kartu, keamanan rumah akan lebih terjamin karena pemilik dapat mengatur siapa saja yang dapat diberi akses dan bahkan waktu yang diizinkan untuk memasuki rumahnya. Smart door lock juga bisa dilengkapi fitur perintah suara, alarm, notifikasi email, dan pengintegrasian dengan sakelar lampu pintar. Jadi meski sedang tak di rumah, pemilik pun bisa memantaunya secara real-time melalui smartphone yang telah terhubung dengan sistem.
- Smart light switcher
Sakelar lampu pintar (smart light switch) bisa dibilang adalah penerapan IoT paling umum setelah smart door lock dalam lingkup teknologi smart home saat ini. Ringkasnya, smart light switch ini memungkinkan Anda untuk menyalakan dan mematikan lampu melalui aplikasi di smartphone. Jadi ketika Anda sedang berada di mana saja pun, Anda tidak perlu khawatir karena Anda dapat mengontrol dan menjadwalkan kapan lampu akan menyala dan mati secara otomatis. Tinggal pastikan saja bahwa koneksi internet Anda selalu ada. Smart light switch yang lebih canggih bahkan dilengkapi dengan sensor temperatur udara dan pendeteksi gerakan yang secara otomatis akan menyalakan lampu begitu Anda memasuki ruangan dan mematikan lampu begitu Anda meninggalkan ruangan. Tentu hal itu sudah sering Anda lihat di banyak drama dan film, bukan? Jika selama ini Anda penasaran teknologi macam apakah itu, nah itulah IoT.
- Smart Warning Alarm
Tentu kita tak pernah menginginkan datangnya bencana, tapi tak ada salahnya jika kita selalu waspada setiap saat. Begitu pun ketika berada di rumah tentu akan lebih aman lagi jika memiliki alarm tanda pengingat bahaya atau bencana. Bagi yang tinggal di wilayah yang rawan bencana, keberadaan smart warning alarm ini akan sangat membantu untuk menentukan tindakan yang harus segera dilakukan. Ketika terjadi banjir, misalnya. Smart warning alarm dapat memberikan informasi terkini, memeriksa keadaan di sekitar rumah menurut pantauan dari kamera yang terpasang atau dari sensor yang sudah d tentukan sebelumnya, kemudian melaporkan ketinggian air sehingga Anda tahu apa yang harus segera dilakukan, mengungsi atau tidak. Kerennya lagi, perangkat IoT ini sekaligus bisa untuk memutar musik dan menjalankan perintah suara untuk mengontrol perangkat rumah pintar lainnya, seperti menyesuaikan warna lampu malam dan tingkat kecerahannya.
SMART CITY
Tentunya Internet of Things tidak hanya sebatas untuk perangkat rumah saja melainkan dapat digunakan untuk berbagai keperluan satu dunia mulai dari lingkungan, pangan, penelitan, kesehatan, tata kota, pekerjaan, dan masih banyak lagi. Inovasi berlabel “smart” kini mulai gencar dilaksanakan mulai dari smart home, smart car hingga smart city. Smart City adalah salah satu yang kini gencar dibangun di Indonesia sebagai salah satu langkah modernisasi dan adopsi teknologi ke sektor yang lebih luas. Smart City adalah salah satu yang kini gencar dibangun di Indonesia sebagai salah satu langkah modernisasi dan adopsi teknologi ke sektor yang lebih luas. Smart city atau kota cerdas kini mulai diterapkan di berbagai kota besar di Indonesia. Konsep ini merupakan impian bagi kota-kota di Indonesia karena diyakini bisa menyelesaikan berbagai masalah perkotaan seperti kemacetan, penumpukan sampah dan keamanan warga kota.
Program Smart city atau kota cerdas yang disponsori Telkom Indonesia dengan membangun Infrastruktur telekomunikasi pendukungnya seperti fiber optik, pusat-pusat pemancar Wi-fi, serta meningkatkankan teknlogi 3G/HSDPA untuk mendukung jaringan broadband. Beberapa layanan yang dapat dimanfaatkan oleh pemerintah dan masyarakat setempat dalam program Smart city diantaranya berupa e-office, e-kelurahan, e-puskesmas hingga media pengaduan masyarakat yang dibuat secara digital berbasis website dan mobile. Digitalisasi sederhana ini menjadi salah satu langkah terciptanya smart city. Beberapa kota besar di Indonesia yang sudah menerapkan konsep smart city ini antara lain Makasar, Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, dan Malang. Telkom Indonesia menargetkan awal 2015 akan terdapat MoU dengan 20 kota yang akan dimasuki IoT dengan menerapkan teknologi smart city di wilayah tersebut.
Banyak versi definisi dan model dari smart city. Salah satunya menyatakan bahwa smart city adalah kota yang menggunakan teknologi digital untuk meningkatkan kualitas layanan kota yang ramah lingkungan secara lebih efisien dan untuk meningkatkan efektivitas interaksi dengan warganya. Sebuah kota dikatakan Smart jika kota tersebut dapat mengetahui (sensing) keadaan kota di dalamnya, memahami (understanding) keadaan tersebut lebih jauh, dan melakukan aksi (acting) terhadap permasalahan tersebut. (http://smartcityindonesia.org/). Guna mewujudkan konsep “smart city” di Indonesia, saat ini ITB telah bekerjasama dengan perusahaan teknologi informasi menciptakan berbagai inovasi Smart System Platform (SSP). SSP adalah wadah berbagai informasi dengan layanan GPS, CCTV, dan informasi kota seperti kepegawaian, kesehatan, pendidikan, dan kependudukan. Fosrt & Sullivan mengidentifikasi delapan aspek utama dari smart city, yaitu: pengelolaan pemerintahan, pemanfaatan energi, gedung, pengaturan mobilitas, infrastruktur, teknologi, layanan kesehatan, dan warga yang pintar atau smart citizen.
Komentar
Posting Komentar